Bersatu untuk kemandirian pangan
- Administrator
- Selasa, 14 Januari 2025 18:51
- 11 Lihat
- umum
Sejak kecil kita selalu mendengar cerita, tetang negeri kita yang kaya. Sawah hijau terhampar, hutan lebat, laut yang luas dan gunung-gunung menjulang tinggi. Gemah ripah loh jinawi. Tentram, makmur dan tanahnya sangat subur.
Ungkapan situasi pada masa kerajaan Majapahit. Sebuah mimpi tentang tatanan masyarakat yang ideal dalam sebuah negara yang luas dan banyak rakyatnya. Salah satu penanda kejayaan Nusantara.
Tetapi Setiap kali kita mendengar atau membaca berita tentang kita sebagai bangsa yang masih megimpor pangan atau masih adanya kasus kelaparan yang terjadi,
jiwa dan pikiran ini bergetar, perasaan sedih, miris dan segudang kegeraman memuncak, ada apa ini? .
Sebagai bangsa yang besar kita merasa kecil dan malu karena persoalan klasik dari masa lalu ini terus menganggu.
Sampai saat ini Indonesia masih tercatat sebagai negara pengimor pangan dari beberapa negara, dimana impor beras terbesar kita masih berasal dari Vietnam dan Thailand.
Menilik sejarah, pada era kolonial krisis pangan muncul akibat tanam paksa dan sistim kerja Romusha. Saat itu, kita hanya bisa makan ubi, biji nangka, dan berbagai serangga untuk terus bisa hidup dan bekerja.
Dan setelah nya kita dipertontonkan swasembada semu, panen raya terjadi bersamaan dengan impor beras. Revolusi hijau melahirkan duka nestapa.
Korporasi dan juga terkadang pemerintah, karena kebijakan yang salah kerap menjadi pemicu dalam konflik agraria.
Saatnya kementrian pertanian dan kementrian Pekerjaan umum berjibaku mewujutkan swasembada pangan yang sejati dengan mengoptimalkan lahan persawahan dan infrastruktur irigasi moderen yang memadai.
Kementrian PU dengan Spirit sapta taruna akan mengawal asta cita program besar pemerintah secara nyata untuk kejayaan bangsa dan negara.
Demikian catatan bakti negeri.